.

Yayasan Persekolahan Kristen (YPK) Butuh Guru Tambahan, Sinode GKI di Tanah Papua Gandeng Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga

WAMENA (JAYAWIJAYA) – Kebutuhan akan guru kristen di sekolah Yayasan Persekolahan Kristen (YPK) yang tersebar di seluruh Tanah Papua yang berjumlah sekitar 560 sekolah, maka Sinode GKI di Tanah Papua menggandeng Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah untuk menyiapkan para guru yang berlatar belakang kristen dan mempunyai kemampuan.

“Berdasarkan rapat koordinasi Sinode GKI di Tanah Papua pada bulan Oktober tahun 2012 lalu,  YPK menyatakan bahwa mereka membutuhkan guru atau pendidik yang berlatar belakang kristen. Jadi, untuk mendapatkan para guru-guru itu kami harus bekerja sama dengan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga,” ujar wakil ketua Sinode GKI di Tanah Papua Pdt. Jemima J, Krey, S.Th kepada wartawan, Jumat (19/04/2013) lalu di Wamena.

Dikatakan Jemima, kerjasama yang kami lakukan, karena UKSW adalah salah satu perguruan tinggi yang mendapatkan ijin untuk pendidikan guru jarak jauh pada Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UKSW. Sebenarnya ada perguruan tinggi yang paling dekat, seperti Uncen, namun GKI Tanah Papua termasuk pendiri dari UKSW, maka kami minta supaya UKSW yang mendidik guru-guru yang akan kami kirim ini.

“Program tersebut akan dimulai pembukaanya pada bulan Mei tahun 2013 di kompleks perguruan tinggi Pusat Pendidikan Petrus Kafiar Biak. “Untuk saat ini mereka sedang benahi untuk mempersiapkan untuk melakukan pendaftaran di sana,” katanya.

Jemima menambahkan, untuk kali ini berlaku untuk 100 orang dan bagi guru yang telah melakukan tugas selama dua tahun. Kemudian, program untuk tahun ini hanya difokuskan pada para guru yang lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan diploma I hingga II. Jadi dibuatkan untuk setara dengan sarjana (S1).

Ketika disinggung untuk program pendidikan umum,Jemima mengatakan belum dilaksanakan, karena selama ini masih ada moratorium dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) bagi program study (Prody) baru. Kemungkinan pada tahun 2014 jika Dikti mencabut Moraturium tersebut, maka akan dibuka untuk program regular bagi anak-anak dari SMA yang akan melanjutkan pendidikan untuk menjadi guru.

Selain itu, kata Jemima, para Bupati di beberapa kabupaten mempunyai perhatian yang besar kepada YPK di Tanah Papua, seperti Biak, Serui, Sorong dan ada beberapa kabupaten lain. Mereka memang betul-betul memperhatikan sekolah-sekolah YPK dengan baik, karena memang sekolah-sekolah YPK ada dan terus menerus mendidik generasi di Tanah Papua.

“Contohnya di Fak-Fak, disana banyak orang muslim, namun ada sekolah YPK di sana dan banyak murid-murid yang di suruh pindah dari sekolah YPK namun mereka malas, oleh sebab itu kita sebagai organisasi induk dari YPK harus bertanggung jawab untuk mendatangkan guru-guru, supaya anak-anak yang sekolah di sekolah YPK itu bisa diajar dengan baik dan mereka juga mendapatkan pengetahuan yang baik,” ungkapnya.

Selain itu, dia juga sangat dukung atas semua persiapan yang dilakukan oleh panitia Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) di Kabupaten Jayawijaya. “Saya lihat sangat luar biasa dari persiapan yang dilakukan oleh panitia. Kayaknya, Kabupaten Jayawijaya sangat siap sekali dan kelihatannya merak sanga antusia untuk menyelenggarakan Pesparawi ini,” tandasnya. [HarianPagiPapua| MajalahSelangkah]
Bagikan ke Google Plus

0 comments:

Post a Comment