.

Pencemaran Limbah dan Galian Penuhi Danau, Ikan Gabus Sentani Semakin Terancam

SENTANI (JAYAPURA) - Kalau dulu ikan gabus mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional ataupun di jajakan masyarakat di kota Sentani, sekarang ikan ini semakin sulit diperoleh, karena nyaris punah di habitatnya.

Siapa sangka ikan gabus yang merupakan endemik asli Danau Sentani, saat ini terancam punah di habitatnya sendiri, karena ekosistem tempatnya berkembangbiak tidak aman baginya. Sejumlah hal telah menjadi penyebab ikan gabus, khahabey (dalam bahasa Sentani) terancam punah.

Habel Taime, Ahli Kesehatan Lingkungan PT. Freeport Indonesia yang hadir dalam seminar sehari yang digagas Komunitas Facebook Jayapura, Phuyaka Institute, pada 14 Agustus 2012 lalu di Obhe Helebhey Sentani mengatakan ikan gabus Sentani nyaris punah karena air Danau Sentani yang sudah tercemar oleh berbagai limbah yang masuk ke Danau Sentani.

Hal ini, disebabkan oleh : 1) perilaku manusia. Manusia yang hidup dan berdiam di sekitar Danau Sentani sibuk dengan pembangunan dan tidak lagi memperhatikan keseimbangan alam. Akibatnya, semua limbah cair langsung dialirkan ke sungai-sungai yang bermuara di Danau Sentani. 2) regulasi tidak cukup kuat untuk mencegah tindakan merusak lingkungan. 3) home industry. Banyak industri rumah tangga yang membuang limbahnya langsung ke sungai yang dan mencemari air Danau Sentani.

Keempat: sebagian besar rumah sakit, seperti Rumah Sakit Yowari Sentani dan Rumah Sakit Dian Harapan Waena ‘belum’ memiliki Indek Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebelum dibuang ke saluran yang akhirnya bermuara ke Danau Sentani. 5) matrial dari sungai seperti pendulangan emas tradisional di Bumi Perkemahan Waena yang menggunakan merkuri, berbagai penggalian Golongan C di sepanjang pinggiran Danau Sentani dan penggusuran tanah pelebaran sepanjang jalan raya Sentani ke Waena yang dibuang masuk ke Danau Sentani. 6) sampah rumah tangga sebagian besar dibuang ke kali hanyut masuk ke Danau Sentani.

Selain pencemaran air danau yang berkontribusi terhadap kehidupan khahabey ada juga sebab lain yang lebih berbahaya adalah masuknya ikan-ikan eksotik atau ikan-ikan asing ke Danau Sentani tanpa memperhatikan perkembangannya yang sangat pesat. Kedua jenis ikan asing di Danau Sentani yang jadi pemangsa, predator bagi ikan gabus Danau Sentani adalah ikan gabus toraja (gastor) dan ikan lohan – warna kuning, yang setiap saat memangsa  khahabey. Akibatnya, populasi khahabey semakin berkurang karena telur dan larvanya pun dijadikan makanan kedua ikan predator ini.

Dalam kesempatan seminar itu, Alfred Ibo yang hadir sebagai peserta dan sehari-hari sebagai nelayan di Danau Sentani mengatakan berdasarkan pengalamannya ketika menyelam untuk menyumpit gabus, ia sering  menemukan ikan gabus toraja sedang memakan telur ataupun larva khahabey. Alfred Ibo menyebut gastor sebagai predator yang sangat ganas. Karena bukan saja memangsa ikan gabus kecil tapi juga telur dan larva pun dijadikan makanan.

Menurut Alfred, jika hal ini tidak diatasi, maka khahabey bisa punah karena dimakan gastor dan lohan. Khahabey merupakan ikan asli yang sudah ratusan atau bahkan ribuan tahun menjadi salah satu sumber protein bagi penduduk asli yang mendiami pesisir dan pulau-pulau di Danau Sentani. Sehingga, ikan gabus Danau Sentani sangat sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sentani.

“Bisa dibayangkan dalam setiap aktivitas masyarakat jika ada acara makan-makan atau pesta, maka sudah pasti sajian lauk utamanya adalah ikan gabus yang dibuat dalam berbagai rupa, seperti saus ataupun kuah”.

Kondisi ekosistem Danau Sentani kini mengalami kerusakan berat akibat tekanan pembangunan yang berpengaruh terhadap biota di dalamnya. Berbagai penelitian yang pernah dilakukan menyebutkan Danau Sentani telah tercamar oleh berbagai limbah dari permukiman penduduk, rumah sakit, bengkel-bengkel motor, meuble-meuble, rumahrumah makan, restoran, hotel-hotel dan pusat-pusat perbelanjaan.

Limbah cair umumnya menjadi salah satu material yang menjadi kontributor bagi rusaknya ekosistem Danau Sentani yang didalamnya hidup berbagai spesies endemik, seperti khahabey, yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan masyarakat asli Sentani. Nasib khahabey kini dalam ancaman serius menuju kepunahan akibat konsumsi manusia dalam jumlah besar tanpa budidaya dan menjadi makanan ikan-ikan asing: ikan gabus toraja dan ikan lohan, yang juga hidup dan berkembang sangat pesat di dalam Danau Sentani.

Karena itu perlu dilakukan upaya dan langkah-langkah strategis guna melestarikan ikan gabus dan ekosistemnya. Sebab saat ini nelayan Danau Sentani mengalami kesulitan mendapatkan khahabey atau ikan gabus asli Danau Sentani. Setiap saat jumlah tangkapan mereka terus menurun, tidak seperti di waktu 10 tahun lalu yang jumlah tangkapannya sangat banyak.

Tidak seperti sekarang, justru ikan lohan yang sangat banyak. Keluhan para nelayan Danau Sentani ini tidak bisa dipandang remeh. Semua pihak mulai sekarang harus berpikir dan bertindak cepat sebelum ikan gabus Danau Sentani hilang dari rumahnya sendiri dan hanya akan ada ceritera bahwa dulu pernah ada ikan gabus asli di Danau Sentani, seperti ikan gergaji Danau Sentani yang kini hanya bisa ditemukan dalam literatur-literatur di perpustakaan dan museum.

Aktivis Lingkungan Hidup, Lyndon Pangkali pada pemaparan materinya berjudul “Strategi Perlindungan Ekosistem Danau Sentani” masih tetap optimis untuk menyelamatkan khahabey. Ikan gabus hidup di Danau Sentani yang didalamnya pun hidup biota lain yang juga mendapatkan asupan nutrisi dari lingkungan diluar dan dalam danau.

Oleh sebab itu, agar khahabey dan ikan-ikan lainnya dapat lestari dan menjadi sumber makanan dengan kandungan gizi yang baik, maka yang harus dilakukan adalah melakukan pengkajian-pengkajian terhadap Danau Sentani, khususnya oleh anak-anak asli Sentani dan juga oleh pihak lain yang peduli dengan lingkungan hidup, serta menegakkan peraturan daerah yang terkait dengan lingkungan hidup, termasuk penegakkan aturan-aturan adat.

“Dengan menegakkan aturan-aturan, maka pembangunan yang tidak disertai dengan IPAL maupun AMDAL dapat dihentikan sehingga tidak merusak lingkungan yang pada akhirnya bermuara pada rusaknya ekosistem dan biodatanya yang hidup di dalam Danau Sentani”, ujar Lyndon Pangkali yang cukup lama bergelut di bidang lingkungan hidup. [SuaraPerempuanPapua]
Bagikan ke Google Plus

0 comments:

Post a Comment