.

Seniman Papua Minta Pemerintah Bangun Pasar Seniman


KOTA JAYAPURA - Karya seni dan budaya Papua sudah dikenal sampai ke mancanegara, Terbukti setiap tahun banyak wisatawan lokal dan mancanegara datang ke Papua. Mereka selain menikmati keindahan alam, tidak lengkap jika tidak “berburu” barang seni khas Papua sebagai cinderamata.

Karya seni warisan budaya Papua ini semakin diminati, sayangnya hingga kini belum ada pasar seni (art shop) yang bisa dijadikan ikon bagi Papua. Kalau di Yogyakarta ada Pasar Malioboro, Jakarta ada Pasar Seni di Ancol, Solo ada Pasar Seni di seputar Keraton, bagaimana dengan Papua? Kini sudah saatnya, Papua merencanakan kebutuhan pasar seni itu.  Mengapa perlu tempat, dengan adanya penampungan akan membuka ruang apresiasi bagi seniman lokal untuk lebih produktif. Kesempatan market akan membuka terjadinya transaksi. Pasar seni juga akan menunjukkan karya seni dan budaya Papua supaya bisa lebih dikenal. Sebagi contoh, ukiran dan patung Asmat, kulit kayu dari Danau Sentani – Jayapura, serta yang terbaru adalah Noken Papua yang diakui oleh UNESCO.

Selain memiliki Nilai seni dan sakral, benda – benda budaya dan hasil kreatifitas seniman Papua ini juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, apabila dijual secara baik di tempat yang disiapkan oleh Pemerintah dalam Pasar Khusus atau Art Shop dan Galeri misalnya, ungkap Ferry Kaigere. Namun hal ini belum sepenuhnya mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi, Kabupaten/ Kota di Papua dan Papua Barat.

Banyak kegiatan yang sudah dilakukan seperti Pameran dan Festival misalnya namun ini hanya sebatas kegiatan seremonial yang tidak berdampak jangka panjang terutama ekonomi bagi pemilik karya tersebut. Habis pameran atau festival barang karya seni di bawa pulang dan disimpan atau dipampang di rumah masing – masing. Ungkap seniman lain Juan D Renwarin Ketua Sanggar Dedios Art – Jayapura.

Terkadang terbelit dengan kondisi ekonomi para seniman secara individu menjual hasil karya seni mereka ke beberapa art shop di Pasar Hamadi Jayapura. Misalnya kulit kayu per lembar bisa 10 – 15 ribu rupiah, padahal kalau kita memiliki art shop sendiri maka nilainya bisa lebih 2 kali lipat. Ujar Ferry Kaigere salah satu seniman kulit Kayu dari Kampung Asei Pulau Sentani.

Perlu ada dukungan pemerintah untuk menyiapkan art shop yang representative, kalau bisa digabungkan bersama dengan rencana Pemerintah Provinsi Papua akan membangun Pasar bagi Mama – Mama Papua di Lokasi Damri Jayapura, “kalau cuma jual sayur dan kebutuhan pokok saya rasa kurang cukup, dalam desain pasar tersebut harus dipadukan dengan art shop dan usaha – usaha ekonomi Produktif lain sehingga pasar tersebut akan bermanfaat, jelas Juan.

Yahya Raubaba (34), Salah satu Petugas Keamanan di Kantor UP4B menambahkan orang tuanya juga salah satu seniman ukir, “Bapak saya biasa ukir muka perahu  yang digunakan untuk acara adat dan juga bisa melukis, namun hasil itu karena tidak ada tempat pemasaran, jadi orang tua saya jual di Pasar Hamadi ada art shop di sana. Penyediaan Pasar bagi seniman strategis dan representative merupakan bentuk Afirmasi bagi Orang Asli Papua (OAP) di Bidang Seni dan Budaya [UP4B]
Bagikan ke Google Plus

0 comments:

Post a Comment