.

Pesta Adat Yuwo di Kampung Pudu Dinilai Melenceng dari Tradisi Suku Mee

PUDU (DEIYAI) - Pesta adat Yuwo yang dilaksanakan di kampung Pudu, Distrik Tigi Barat Kabupaten Deiyai, yang digelar, Selasa (30/07/2013) lalu dinilai tidak sesuai dengan tradisi suku Mee.

Di sela-sela pesta adat Yuwo sejumlah kritik datang dari seorang pemuda setempat, Yohanes Pigome. "Yuwo yang sedang dilaksanakan itu menyimpan dari adat istiadat suku Mee. Saya melihat sejumlah hal yang tidak sesuai. Pertama, Ema Owa (Rumah Adat) yang seharusnya ada tapi tidak terlihat, padahal 'ema owa' itu sarana utama yang tidak terlepas dari pesta Yuwo itu, katanya.

Kedua, kata dia, Yuwo Owa dibuat dengan atap terpal di pinggir rumah masing-masing masyarakat. Seharusnya Yuwo Owa ditibuat dengan atap alang-alang untuk menampung babi di keliling Yuwo Owa sesuai dengan pesta adat yang biasa dilakukan oleh suku Mee dulu. Dulu, Yuwo tidak sekedar dilakukan seperti pasar biasa.

Senada juga dikatakan Maria Waine. Kata Waine, tidak terlihat jual beli daging babi padahal di sini ada pesta Yuwo. "Lihat para pengunjung yang datang  dari kampung lain untuk beli babi tapi pulang dengan tangan kosong," katanya.

Dikatakannya, Yuwo ini tidak sama dengan Yuwo yang dulu seperti biasa dilakukan oleh suku Mee. "Saya pulang kosong. Sebenarnya saya mau beli babi tapi terpaksa saya beli ayam potong, "tutur mama Waine.

Lanjut Waine, sepertinya Yuwo zaman sekarang campur baur dengan arus modern sehingga nilai-nilai adat Yuwo yang ada dalam kehidupan suku Mee sama sekali tidak Nampak. Soalnya,  tidak terlihat tujuan dari pesta adat yang mana diadakan untuk menunjukkan eksistensi seorang tonawi (seorang kaya) tapi babi juga disediakan oleh sang pemilik Yuwo.

"Sebenarnya diadakan Yuwo berarti mengajak orang untuk bekerja bukan disediakan babi oleh pemilik Yuwo dengan jumlah yang terbatas kepada masyarakat. Kemudian para pengunjung tidak dapat bagian untuk beli, "kata Waine.

Sementara itu, Perwira Penghubung Danpos Tigi, Elias Pakage menyinggung soal keamanan. "Sepanjang jalan raya dipadati orang sehingga memacetkan kendaraan yang sedang melewati di jalan," katanya.

Kata Pakage, semestinya ada koordinasi antara pemilik Yuwo dengan keamanan setempat suapaya tertipkan jalannya kegiatan pesta adat tersebut. "Kami hanya pantau-pantau saja karena kami tidak diperintah oleh pemilik Yuwo," kata pakage.

Pesta Yuwo digelar oleh Isaias Douw. Pantauan majalahselangkah.com, Isaias Douw tampak  menyambut warga lain yang datang yuu/waita (teriakan adat) dengan membawa babi dari kampung lain di halaman SD Inpres Pudu. Suasana  tampak ramai ketika masyarakat dari kampung lain datang dengan memikul babi dari arahi ukagouda (Tigi Barat) dan Momaikago (Tigi Utara).

Terlepas dari kritikan itu, ketika dihubungi Linus Doo, kepala suku di Deiyai mengatakan apresiasi dengan pesta adat ini. "Kami orang-orang tua senang. Pesta Yuwo sudah mau hilang tetapi mulai dimunculkan oleh Isaias di wilayah ini. Inikan secara tidak langsung mengajak orang untuk pertahankan budaya kita,' kata Linu.

Diketahui, Tradisi Yuwao  berlangsung seiring peradaban suku bangsa Mee di Tanah Papua sejak zaman dahulu. Pesta Yuwo adalah bagian integral dari kebudayaan suku bangsa Mee.

Dahulu pesta yuwo dilakukan oleh seorang penguasa adat (tonowi) dengan melibatkan orang-orang yang berada di sekitarnya maupun tonawi lain yang berada di sekitarnya.

Namun setelah pemerintahan modern masuk di wilayah ini, Yuwo diselenggarakan secara bergiliran setiap tahun dari kampung yang satu ke kampung yang lain. Bahkan, di kampung-kampun tertentu sama sekali sudah tidak ada lagi. [MajalahSelangkah| MajalahSelangkah]
Bagikan ke Google Plus

0 comments:

Post a Comment