.

Lae Majestic Seafood Tempatkan Papua Nugini Sebagai Tempat Pengolahan Ikan Tuna Terbesar Kedua di Dunia

LAE (MOROBE) - Papua Nugini kini diakui sebagai tempat pengolahan ikan tuna terbesar kedua di dunia, setelah sebuah pabrik baru di Lae, kota terbesar kedua di Papua Nugini yang didirikan dengan mempekerjakan 4000 pekerja.

Operasi The Majestic Seafoods adalah produk dari sebuah konsorsium yang melibatkan Thai Union, sebuah prosesor ikan terbesar di dunia yang berbasis di Bangkok; Taihyo dari Thailand; Century Canning Corporation di Filipina, dan Frabellie, perusahaan terbesar perikanan terbesar di PNG yang akan menjadi akses perdagangan preferensial ke Eropa, dengan pasaran dari 500 juta konsumen melalui Economic Partnership Agreement (EPA).

Menurut Perdana Menteri, Peter O'Neill, pabrik ini didirikan sebagai jawaban dari permintaan ekspor ikan di Eropa yang semakin bertumbuh, serta sebagai puncak produksi dari pendirian pabrik terbesar di PNG yang bernilai multi-jutaan kina ini.

Namun Perdana Menteri juga menuturkan, optimisme ledakan ekonomi yang berasal dari pabrik ini haruslah lebih dari sekadar masalah pekerjaan dan penyebaran ekonomi di seluruh kota terpadat kedua PNG ini.

Pemerintah juga akan berfokus pada pendirian terminal bandara internasional baru, perbaikan pelabuhan dan peningkatan infrastruktur jalan untuk Kota Lae.

Sedangkan Duta Besar Eropa untuk PNG, Martin Dihm, menyatakan hal ini merupakan peluang besar untuk PNG.

"Ini memungkinkan akses bebas pajak barang dari seluruh Papua Nugini ke pasar Eropa," katanya sebab Eropa adalah pasar yang paling menguntungkan dalam hal perikanan.

Menurut Dihm, Thai Union adalah perusahaan ikan tuna terbesar dunia di Bangkok yang turut memindahkan aset mereka ke Lae dengan berharap tinggi adanya investasi ini setelah mendapati tingginya potensi perikanan di PNG.

"Fakta bahwa investasi Thailand datang ke sini, saya pikir itu adalah tanda yang sangat baik karena itu berarti lebih baik untuk memproduksi di sini, untuk menciptakan lapangan kerja di sini daripada di Bangkok," kata Dihm.

Namun ia juga memperingatkan adanya perhatian yang tinggi atas standar kebersihan lingkungan oleh dunia internasional terhadap adanya pabrik ini.

"Apa yang kita harus mempertimbangkan, tentu saja, adalah kita melihat ... sangat dekat pada isu-isu konservasi dan pada setiap isu perburuhan dan isu-isu sosial," katanya, sebab pusat pengolahan ikan kedua di dunia di Lae ini akan berjalan tanpa henti setiap harinya dengan menghasilkan sekitar 200-380 ton ikan per harinya.

Pengolahan ini akan dilakukan dari sebuah pabrik pengolahan tunggal, sebuah prestasi hanya dicapai oleh pemimpin dunia dalam pengolahan ikan berbasis di Thailand di mana 400-500 metrik ton ikan ditangani setiap hari.

"Di negara lain, mereka hanya memiliki kelompok-kelompok pabrik yang memproses sejumlah besar ikan dan kemudian ditempatkan bersama-sama dalam satu pabrik saja," kata Administrator Provinsi Morobe, Kemasang Tomala.

"Lae memiliki lingkungan yang kondusif untuk usaha pabrik ikan karena pasokan tenaga kerja sangat baik, tidak seperti kebanyakan wilayah lain di Papua Nugini dan bahkan dunia dimana kelangkaan tenaga kerja sangat mengusik investor," katanya.

Sedangkan direktur Badan Otoritas Perikanan Nasional, Sylvester Pokajam menyatakan Lae Majestic Seafoods akan menjadi pemain besar di kancah global.

"Kita bisa menjadi nomor satu di dunia, sebab walau Thailand adalah yang terbesar di dunia dalam hal perikanan, namun saat ini yang mempunyai ikan adalah kita. Itulah sebabnya sebagian besar investasi akan masuk ke Lae karena di sanalah tenaga kerjanya melimpah, " tandasnya. [IslandBusiness]
Bagikan ke Google Plus

0 comments:

Post a Comment