.

Sebuah Kisah Putra Papua Asal Agadide Paniai yang Berhasil Menjadi Pilot

KOTA JAYAPURA  -Mecky Fridz Nawipa (27), pemuda asal Kabupaten Paniai yang berjuang keras menjadi pilot, kini benar benar sudah tercapai. Bahkan sekarang berhasil mengantongi CPL (Comercial Pilot Licence), bagaimana ia bisa berhasil.

Pepatah bahwa di mana ada kemauan di situ ada jalan, mungkin tepat ditujukan kepada Mecky Frist Nawipa. Bagaimana tidak, pemuda tanggung dari keluarga miskin di pedalaman Papua itu datang ke kota hanya bermodalkan kemauan dan tekad, berhasil mewujudkan cita-citanya menjadi pilot. Dia sendiri telah mengantongi CPL suatu licency atau semacam sertifikat bagi pilot untuk bisa menerbangkan pesawat komersial dari pusat pendidikan pilot di Lylidale Australia pada 17 Juli 2006.

Mecky adalah alumni SMA Genyem sekarang SMA Negeri 5 Jayapura, pada 1998 dengan modal nekad ia ke Jakarta untuk mengikuti tes masuk sekolah calon penerbang di Deraya Flying School (Halim Perdanakusumah) tempat latihan bagi calon penerbang. Di sana ia ingin mengadu nasib dengan 1 tujuan bagaimana bisa menjadi pilot seperti pilot - pilot yang sering singgah di kampungnya.

Namun rupanya untuk masuk ke sekolah pilot tak semudah perkiraannya, karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untungnya kerabat dan seluruh warga di kampungnya mendukung cita cita Mecky. Untuk bisa masuk di sekolah calon penerbang itu, kerabat, tetangga hingga teman-teman Mecky mengumpulkan uang (urunan) sehingga ia bisa masuk ke sekolah itu. "Saya percaya orang orang di kampung saya semua mendukung saya, akhirnya dengan uang itu, saya bisa masuk sekolah calon penerbang," kisahnya ketika ditemui Cenderawsih Pos belum lama ini.

Dua tahun Mecky mengikuti pendidikan di Jakarta, bukan berarti Mecky sudah bisa menjadi pilot. Hal ini karena ia belum memiliki sejumlah syarat penerbangan lainnya yang menjadi syarat mutlak setiap penerbang.

Tamat di Deraya Flying School pada 2001 ia kembali ke Jayapura dan bergabung dengan MAF (mission aviation fellowship). Di sana ia bekerja sebagai louder, mencuci pesawat bahkan ikut menjadi mekanik.

"Waktu itu saya hanya ingin bekerja dengan baik hingga suatu saat saya bisa menjadi pilot," kenangnya. Mecky terus bekerja dengan tekun dan sabar, tidak hanya menjadi louder dan mencuci pesawat dikerjakannya tetapi juga mencabut rumput serta pekerjaan kasar lainnya.

Kesabaran dan ketekunan Mickey berbuah manis, di tahun 2002 ia diberi kesempatan mengikuti evaluasi terbang di pusat latihan terbang MAF di MT Haggen PNG selama 3 minggu. Di sana ia menguji kemampuan menerbangkan pesawat dan ternyata dinilai cukup baik. Kendati belum diizinkan memakai nama pilot, namun Mecky tidak kecil hati, ia terus memacu dirinya dan terus mencari jalan.

Alhasil, di tahun 2004 cita-cita Mickey menjadi pilot terwujud. Ia dikirim ke Australia untuk mengikuti Private Pilot Licence (PPL) di Melbourne Australia selama 6 bulan. "Saya mengikuti setiap pelajaran yang diajarkan kepada saya dengan sungguh-sungguh dan tekun, karena saya tidak ingin mengecewakan siapapun," kenangnya. Lagi-lagi, meskipun sudah mengantongi PPL, namun Mecky belum dapat menjadi pilot pesawat komersial karena ia belum memiliki CPL.

Mecky bisa sekolah di Australia mengikuti PPL tak lain karena Pemda Paniai yang memahami keinginannya serta tetangga dan kerabatnya. "Saya bisa mengikuti pendidikan di Australia itu karena bantuan dari pemerintah serta kerabat dan tetangga," tuturnya. Nasibnya memang bagus, selanjutnya di awal 2005, kesempatan emas kembali menghampiri Mickey ia mendapat biaya dari Pemprov Papua (BPMD) dan Pemda Kabupaten Paniai untuk mengikuti latihan penerbangan bagi pilot komersial di Australia untuk meraih CPL. Bagaimana kisahnya ketika berjuang meraih CPL itu, ikuti kisah berikutnya. [Cepos]
Bagikan ke Google Plus

0 comments:

Post a Comment